Surabaya – Berita perseteruan antara Gus Samsudin dan Pesulap Merah menjadi perhatian publik belakangan ini. Padepokan tempat pengobatan Gus Samsudin ditutup karena adanya praktek perdukunan dan penipuan dengan trik sulap.

Karena hal ini, Bendahara GP Ansor Jawa Timur Muhammad Fawait, angkat bicara untuk meluruskan makna kiyai dan gus agar tidak salah dipahami masyarakat dan tidak disalahgunakan oleh oknum tertentu.

Gus Fawait, panggilan akrab bendahara GP Ansor tersebut, merasa prihatin karena saat ini mudah sekali seseorang menyandang gelar kiyai atau gus.

Beliau menjelaskan bahwa kiyai atau ulama itu harus jelas sanad keilmuannya, sedangkan gus harus jelas nasab atau silsilahnya. Banyak contoh yang terjadi di masyarakat seperti orang yang memakai jubah atau sorban langsung disebut kiyai padahal tidak pernah mondok ataupun mengasuh pondok pesantren.

Justru orang tersebut memiliki praktek perdukunan yang pada akhirnya mencari keuntungan untuk dirinya sendiri dan merugikan kiyai dan gus yang memang benar-benar asli.

Begitu halnya dengan makna gus tidak boleh sembarangan menyebut seseorang sebagai gus. Istilah gus merupakan sebutan untuk anak kiyai di Pulau Jawa yang bertujuan untuk menghormati bapaknya yang seorang kiyai.

Penyebutan kiyai atau gus harus sesuai pada posisi tempatnya. Gus Fawait mengingatkan bahwa sebutan kiyai atau gus adalah sebuah penghormatan kepada orang yang tepat dan memang berhak.

By rdks

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *