SURABAYA – 500 buruh di Jatim akan menggelar unjuk rasa hari ini. Aksi tersebut akan berpusat di gedung Negara Grahadi, Surabaya.
Ketua DPW FSPMI Provinsi Provinsi Jawa Timur Jazuli mengatakan, buruh yang mengikuti aksi berasal dari sejumlah daerah. Mulai dari Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Gresik, Kabupaten dan Kota Mojokerto, Pasuruan, Kabupaten Tuban, Probolinggo, Kabupaten Jember, Lumajang, hingga Banyuwangi.
“Massa aksi mulai berangkat dari daerah masing-masing untuk bertemu di titik kumpul utama di Jalan Frontage Ahmad Yani sekitar pukul 12.00 WIB, kemudian bergerak bersama ke Gedung Negara Grahadi,” kata Jazuli dalam keterangannya, Rabu (31/8/2022).
Jazuli menyebut, buruh menolak dan mengecam rencana pemerintah yang akan menaikkan harga BBM. Menurutnya, kenaikan harga BBM akan mengakibatkan lonjakan inflasi yang diprediksi bisa tembus di angka 6,5%.
Kenaikan harga BBM tidak diimbangi dengan kenaikan upah. Bahkan, sampai 5 tahun mendatang, sesuai UU Nomor 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja (omnibus law). Menurutnya, hal ini akan membuat daya beli terpuruk anjlok hingga 50% lebih.
Selain itu, buruh juga menyoroti risiko terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran karena kenaikan harga barang-barang yang dipicu oleh tingginya harga BBM. Harga energi (BBM) yang naik akan membebani biaya produksi perusahaan yang berimbas pada efisiensi dengan cara PHK buruh.
“Pemerintah tidak bisa membandingkan harga BBM di Indonesia dengan negara lain tanpa melihat income per kapitanya. Tidak tepat jika alasan kenaikan pertalite dan solar subsidi karena untuk kelestarian lingkungan, faktanya masih banyak industry-industri besar yang masih memakai batu bara dan diesel,” tuturnya.
Jazuli menilai, sekitar 120 juta pengguna motor dan angkutan umum dari kelas menengah ke harga BBM bersubsidi. Lantas, ia menyarankan agar pemerintah memisahkan pengguna BBM subsidi dan nonsubsidi