Surabaya – Radio Republik Indonesia (RRI) Surabaya memantapkan diri menjadi rumah rakyat Indonesia saat peringatan Hari Radio Nasional ke-77, Minggu.
“Kami ingin menjadikan RRI Surabaya sebagai rumah rakyat Indonesia dengan dengan adanya Galeri Tri Prasetya yang menjadi etalase sejarah. Kami terus mengembangkan koleksi,” ujar Kepala Stasiun RRI Surabaya Kepala RRI Surabaya, M. Lahar Rudiyarso.
Lahar menjelaskan di Galeri Tri Prasetya terdapat ruang restorasi dengan ribuan koleksi piringan hitam atau vinyl. Jika dihitung jumlahnya mencapai 8.000 vinyl, sedangkan 3.450 di antaranya sudah direstorasi menjadi bentuk digital.
Menurut Lahar, koleksi yang dimiliki RRI tidak hanya piringan hitam, benda-benda lawas sebagai bagian dari rangkaian saksi perjuangan RRI Surabaya juga masih terpampang apik di galeri Tri Prasetya.
RRI Surabaya berhasil mendapatkan telegraf ini dari penyerahan dari pemerintah Belanda kepada Indonesia tahun 1951 usai pendantanganan pengakuan kedaulatan Indonesia. Telegraf ini digunakan sampai tahun 1970an dan digantikan telepon sebagai alat komunikasi.
Tidak hanya itu, sejarah RRI Surabaya juga terukir di tugu peringatan yang tepat berdiri di depan gedung RRI Jalan Pemuda No. 82-90
Sementara itu, Ketua Panitia Hari Radio Arif Pribadi menambahkan puncak hari radio 11 September ditandai dengan adanya penyulutan obor yang dilakukan secara serentak
RRI juga konsen pada pegiat seni dan memberikan anugerah penghargaan kepada Sutatik yang akrab di panggil Bu Tiwuk. Bagi RRI, kata Arif, kecintaanya akan seni budaya khusus nya ludruk tidak diragukan lagi. Karena itu pantas jika Ibu dua anak ini mendapatkan penghargaan.
“Meski mengenyam pendidikan hingga Strata Satu Sarjana Hukum di usianya yang sudah senja ia tetap didikasikan dirinya dalam berkesenian,” ungkap pria yang juga menjadi presenter RRI, Surabaya ini.
Selain itu, penghargaan juga diberikan kepada Bank Jatim yang selalu bersinergi dan berkolaborasi dengan RRI Surabaya.