Jatim – Dalam beberapa hari terakhir, Indonesia sedang digempur dengan serangan cyber berupa kebocoran data dan pencurian data penting oleh salah satu hacker yang bernama Bjorka. Baik data pemerintah maupun tokoh publik juga menjadi sorotan. Sebagai langkah preventif untuk mencegah terjadinya kebocoran, Dinas Kominfo kini telah berupaya mengoptimalkan peran dari CSIRT (Computer Security Incident Response Team) Jatim.

Tim yang bertanggung jawab untuk menerima, meninjau dan menanggapi laporan insiden keamanan siber itu telah dibentuk sejak Maret 2020. Tim JATIMPROV-CSIRT dibentuk melalui Surat Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 188/26/KPTS/013/2022 tentang Tim Respon Insiden Keamanan Komputer Provinsi Jawa Timur. Beranggotakan tim persandian dan Keamanan Informasi Dinas Kominfo Jatim dan Tim IT di masing-masing Perangkat Daerah Pemprov Jatim.

Disini tugas dari CSIRT yaitu melakukan penyelidikan kompehensif dan melindungi sistem dan data atas insiden keamanan siber yang terjadi pada suatu organisasi. Selain itu, CSIRT juga bertugas melakukan pencegahan terhadap insiden dengan cara terlibat aktif pada penilaian dan deteksi ancaman, perencanaan mitigasi.

Terkait maraknya pencurian data atau kebocoran data, tim CSIRT Jatim berkoordinasi langsung dengan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN). Setiap tahunnya Tim Jatimprov CSIRT juga di audit langsung oleh BSSN.

Untuk hasil penilaian instrumen kematangan keamanan siber yang dilakukan BSSN adalah dengan mengkategorikan level kematangan tingkat 3. Artinya, pengelolaan keamanan siber di Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Timur sudah terorganisir jelas, bersifat formal, dilakukan secara berulang, dilakukan peninjauan secara berkala, dan konsisten.

Selanjutnya untuk langkah revolusi insiden yaitu dengan melakukan investigasi dan analisis dampak insiden. Tim juga memberikan rekomendasi teknis untuk pemulihan pasca insiden, serta memberikan rekomendasi teknis untuk memperbaiki kelemahan sistem.