JAKARTA – Krisis energi di Eropa menyurutkan pasokan bahan bakar ke negara-negara berkembang, termasuk di Asia Tenggara seperti Thailand dan Filipina.
“Jika negara-negara kaya mengambil semua LNG, apa yang terjadi pada kami?,” kata Shafqat Ali Khan, Duta Besar Pakistan untuk Rusia. Pakistan belakangan membuka peluang menyedot gas dari Rusia setelah sebagian besar pasokan ke negara-negara Asia Selatan mengalir ke Eropa.
Benua Biru mengambil alih pasokan gas ke negara-negara berkembang setelah tak menerima pengiriman dari Rusia. Akibatnya, negara-negara berkembang harus bersaing harga dan berebut kontrak dengan tetangga jauh mereka, yang notabene berkantong tebal.
Biaya energi di Eropa memang melonjak tajam pada musim dingin ini, tetapi ongkos yang jauh lebih besar akan ditanggung oleh negara-negara berkembang dan miskin yang kesulitan mendapatkan pasokan.
Di Asia Selatan dan Asia Tenggara, Pakistan, India, Bangladesh, dan Filipina kemungkinan akan kekurangan energi di tengah cuaca dingin dan hujan lebat. “Kekhawatiran mengenai ketahanan energi di Eropa mendorong kekurangan energi di negara berkembang.
Eropa menyedot gas dari negara lain, berapa pun biayanya,” kata Saul Kavonic, analis energi Credit Suisse Group AG, dilansir Bloomberg, Selasa (8/11/2022).
Pangkal masalahnya, setelah menyetop aliran gas dari Rusia, negara-negara Eropa beralih ke pasar spot, dimana pasokan yang tidak berkontrak dapat langsung diboyong dengan pemberitahuan singkat.