Mojokerto – Seorang Frandy (35) Perajin gitar di Mojokerto yang beromzet Rp 40 juta per bulan.
Mantan guru sekolah dasar (SD) ini sukses mengolah limbah kayu menjadi berbagai model gitar elektrik bernilai tinggi.
Frandy memutuskan berhenti mengajar tahun 2012. Lulusan pendidikan guru SD (PGSD) Unesa ini lebih mencintai hobinya bermain gitar. Sejak saat itu ia mengutak-atik gitar elektrik bekas dari pasar loak.
Ternyata selama ini Frandy memanfaatkan limbah kayu dari sebuah pabrik gitar di kawasan Ngoro Industrial Park (NIP). Potongan kayu maple itu ia olah dan sambung menjadi bodi, leher dan kepala (headstock) gitar.
Frandy memproduksi gitar elektrik di bengkel rumahnya. Diawali pembentukan bodi gitar sesuai pesanan menggunakan mesin profil bantuan Disperindag Kabupaten Mojokerto.
Permukaan bodi gitar yang selesai dibentuk lantas di-sanding atau diampelas agar halus, lalu pori-pori kayu ditutup dengan disemprot poliuretan dan poliester.