Lamongan – Pandemi COVID-19 membuka jalan baru bagi warga Lamongan korban PHK ini. Ia sempat keluyuran untuk mencari kerja namun berujung buntu karena hampir semua terimbas pandemi.
Itulah kisah Mohammad Imron (42), warga Desa Keduwul, Sukodadi yang kini bisa dibilang sukses dengan usahanya budi daya lele. Meski diberhentikan dari perusahaan tempatnya bekerja di tengah pandemi, Imron mampu bangkit dan sukses dalam merintis usaha budi daya lele.
Akhirnya di tengah kejenuhan dalam mencari pekerjaan itu, saya memiliki ide untuk membuka usaha sendiri. Setelah saya timbang-timbang, saya memutuskan usaha kecil-kecilan yang akan saya buka itu adalah budi daya ikan lele.
Berbekal informasi yang saya dapat dari teman dan sanak saudara, akhirnya saya punya ide untuk budidaya ikan lele ini. Saya awali dengan membeli benih ikan lele yang jumlahnya juga tidak banyak karena kolam terpal yang saya buat juga hanya 1×2 meter yang saya buat di samping rumah.
Usaha yang dirintis Imron dengan kolam terpal seluas 1×2 meter itupun berkembang seiring dengan keuletannya. Imron menjelaskan, lambat laun banyak orang yang mengetahui usaha budidaya lelenya dan setiap minggunya banyak pengunjung yang berdatangan ke pekarangan samping rumahnya untuk membeli bibit atau benih ikan lele miliknya.
Untuk kebutuhan pakan lele itu sendiri, Imron setidaknya menghabiskan pakan sekitar 30 kilogram per harinya. Menurut Imron, lele jenis sangkuriang dan mutiara relatif lebih cepat perkembangannya dan kualitas ikannya pun lebih baik jika dibandingkan dengan jenis lele lainnya.
Harga masing-masing bibit ikan lele itu juga lain-lain tergantung ukurannya, untuk Ukuran 7 harganya Rp 190 per ekor dan Ukuran 8 serta Ukuran 9 harganya Rp 200 per ekor. Sedangkan untuk cek 100 setara Ukuran 10 tidak dijual perekor.
Pembeli yang datang ke tempat budidaya milik Imron ini tak hanya berasal dari lokal Lamongan saja, namun juga berasal dari luar kota seperti Bojonegoro, Tuban, Gresik dan Mojokerto. Imron juga menawarkan bibit lelenya secara offline dan online.