Mojokerto – Perajin perhiasan perak legendaris di Kabupaten Mojokerto melahirkan produk khas bermotif Majapahit. Tidak hanya itu, penjualan perhiasan buatan tangan (handmade) ini sampai diekspor ke Jerman.

Perhiasan dengan desain Majapahitan di Mojokerto hanya bisa ditemukan di Agung Silver Jewellery, Dusun/Desa Batankrajan, Gedeg, Kabupaten Mojokerto. Mulai dari model Makutha Raja, Jayanegara, Dyah Pitaloka, Dewianarawati, serta Sangsangan Raja. Setiap model tersedia satu set yang terdiri dari kalung, liontin, gelang, cincin, anting, serta bros.

Pemilik Agung Silver Jewellery, Fauzi Harianzah (34) mengatakan perhiasan bergaya Majapahit itu lahir berkat bantuan mahasiswa jurusan desain produk sekitar tahun 2018. Perhiasan model ini pernah dibeli Bupati Mojokerto Ikfina Fahmawati.

Agung Silver Jewellery memproduksi aneka perhiasan berbahan perak, suasa (campuran tembaga dan kuningan), serta paladium yang putih berkilau keperakan. Motifnya pun beragam. Sebagai contoh kalung terdiri dari 3 model, yakni Italia berupa rantai gepeng, model satelit yang utuh dan tebal, serta model bulatan-bulatan.

Harganya pun bervariasi tergantung motif dan bahan yang digunakan. Cincin berbahan suasa Rp 60-200 ribu, gelang Rp 120-200 ribu, kalung Rp 150-250 ribu dan anting Rp 50-100 ribu. Sedangkan cincin berbahan perak Rp 120-400 ribu, gelang Rp 250-600 ribu, kalung Rp 250-300 ribu, serta anting Rp 170-400 ribu.

Fauzi pernah mencapai ribuan perhiasan setiap bulan. Namun, kini ordernya anjlok hanya 100 item setiap 2 bulan. Bom Bali dan krisis ekonomi 1998 menjadi salah satu penyebabnya. Perhiasan yang ia ekspor berupa cincin, gelang, mahkota, liontin dan kalung berbahan perak dan suasa lapis perak.

Sehari-hari, ia dibantu 3 karyawan. Untuk menghasilkan sebuah perhiasan dibutuhkan waktu yang lama karena semuanya dikerjakan manual. Mulai dari peleburan perak yang dicampur tembaga dengan kadar di atas standar internasional.

By rdks

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *