Jakarta, Harga minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/ CPO) diprediksi bertengger di kisaran US$1.000 – US$1.100 per ton tahun ini. Namun, ini sedikit melambat dibandingkan tahun sebelumnya yang pernah berada di posisi US$2.000 per ton.
Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Eddy Martono mengatakan perlambatan harga CPO ini diakibatkan oleh kondisi ekonomi global yang masih kurang baik akibat perang Rusia-Ukraina.
“Masih di sekitar US$1.000- US$1.100,” ujarnya.
Hal yang sama disampaikan oleh Direktur Eksekutif Palm Oil Agribusiness Strategic Institute (PASPI) Tungkot Sipayung. Namun, ia melihat harga yang tinggi bisa bertahan jika pemerintah tetap menjalankan program hilirisasi sawit lanjutan.
“Jika Indonesia terapkan B35 semester I dan B40 semester II, harga CPO masih bisa sekitar US$1.050-US$1.100 per ton,” kata Tungkot.
Namun, jika pemerintah tidak melanjutkan atau ekspansi B30 ke B35 dan ke B40 tahun ini, maka ada kemungkinan harga CPO dalam negeri bakal turun. Bahkan, penurunannya bisa hingga US$250 per ton.
“Jika tidak ada ekspansi mandatori biodiesel domestik harga CPO bisa anjlok ke angka US$750-US$800 per ton,” jelasnya.
Sementara, Macro Equity Strategist Samuel Sekuritas Indonesia Lionel Priyadi melihat harga CPO bakal melemah hingga ke 3.100 MYR (US$718,26) pada akhir tahun. Hal ini tercermin dari harga CPO saat ini berada di posisi 3.800 MYR (US$880,45) per ton.
Pasalnya, tren kenaikan komoditas sudah berakhir. Hal itu imbas kondisi perekonomian global yang diperkirakan makin tinggi menuju resesi tahun ini menurunkan permintaan akan salah satu komoditas unggulan Indonesia tersebut.
“Faktor paling utama adalah resesi ekonomi di Eropa dan Amerika yang akan menurunkan permintaan terhadap CPO dan produk-produk turunannya,” jelas Lionel.