Jakarta, Harga batu bara makin terjun bebas. Harganya bahkan ambles 37% lebih dalam sebulan terakhir, rekor terburuk setidaknya dalam 15 tahun terakhir.

Pada perdagangan terakhir Januari, Selasa (31/1/2023), harga batu kontrak Maret di pasar ICE Newcastle ditutup di US$ 244,15 per ton. Harganya jatuh 5% dibandingkan hari sebelumnya.

 

Harga tersebut adalah yang terendah sejak 21 Maret 2022 atau dalam 10 bulan terakhir.

 

Setelah menjadi primadona pada 2022, harga batu bara merosot tajam sejak awal tahun ini. Pada Januari 2023, harga batu bara ambles 37,37%.

 

Penurunan harga dalam sebulan dengan angka sebesar itu belum pernah dicatat setidaknya sejak 2008 atau 15 tahun terakhir.

 

Merujuk pada data Refinitiv, penurunan terbesar sebelumnya terjadi pada Oktober 2021 yakni 28,62%. Penurunan terbesar lainnya tercatat pada April 2020 sebesar 20,19%, November 2016 (21,38%), Maret 2015 (22,32%), dan Februari 2009 (18%).

 

Semakin melandainya harga batu bara, terutama disebabkan oleh turunnya permintaan. Eropa yang pada 2022 menjadi kunci pergerakan harga batu bara diperkirakan akan meninggalkan kembali pasir hitam pada tahun ini.

 

Laporan lembaga think thank lingkungan hidup Ember memperkirakan produksi listrik dari sumber energo fosil di Uni Eropa akan turun 20% pada tahun ini.

 

Ancaman resesi serta kenaikan produksi listrik dari energi baru terbarukan akan membuat energi fosil tersingkir kembali.

 

“Ketakutan jika batu bara akan bangkit kembali kini telah mati,” tutur kepala data insight Ember, Dave Jones.

 

Produksi listrik dari pembangkit batu bara turun 6% dalam empat bulan terakhir 2022 (September-Desember) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

 

Dari 26 pembangkit batu bara yang stand by di Uni Eropa, utilisasi mereka hanya 18%.

 

Eropa diperkirakan menambah impor batu bara hingga 22 juta ton dari volume normal mereka. Namun, hanya sepertiga dari jumlah tersebut yang dipakai sehingga pasokan juga masih menumpuk.

 

Permintaan dari India dan China memang diproyeksi akan meningkat. Namun, perkembangan ekonomi di Tiongkok diperkirakan belum akan melambungkan permintaan batu bara dalam waktu dekat.

 

India kini menjadi harapan utama untuk mendongkrak harga atau setidaknya menahan pelemahan agar tidak terlalu dalam.

 

Mengutip Reuters, Kementerian India dikabarkan sudah mengultimatum utilitas India untuk segera mengimpor batu bara sampai September. Mereka diminta untuk setidaknya mengimpor 6% dari kebutuhan untuk dicampur dengan batu bara lokal.

By rdks

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *