Jakarta, Harga minyak mentah dunia melemah karena dolar AS menguat dan investor khawatir bahwa kenaikan suku bunga akan memperlambat ekonomi dan memangkas permintaan bahan bakar.
Mengutip data Refinitiv pada perdagangan Rabu (15/2/2023) harga minyak mentah dunia jenis Brent tercatat US$ 85,38 per barel, turun 0,2% dibandingkan posisi sebelumnya. Sedangkan jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) turun 0,6% menjadi US$78,59 per barel.
Indeks dolar AS naik mendekati level tertinggi enam minggu karena data penjualan ritel yang kuat bulan lalu dan data inflasi AS. KArena data itu investor memandang Federal Reserve (Fed) akan mempertahankan kebijakan moneter yang ketat.
“Harga minyak mentah berada di bawah tekanan karena dolar menguat menyusul data ekonomi yang mengesankan yang membuka jalan bagi pengetatan Fed lebih lanjut,” kata Edward Moya, analis pasar senior di perusahaan data dan analitik OANDA.
Dolar yang lebih kuat dapat memangkas permintaan minyak, membuat minyak mentah lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Pejabat Federal Reserve mengatakan bank sentral AS perlu mempertahankan kenaikan suku bunga secara bertahap untuk melawan inflasi . Investor khawatir suku bunga yang lebih tinggi dapat memperlambat ekonomi.
Sementara persediaan minyak AS melonjak 16,3 juta barel pekan lalu menjadi 471,4 juta barel, tertinggi sejak Juni 2021, kata Administrasi Informasi Energi (EIA).
Angka tersebut jauh lebih besar dari perkiraan analis peningkatan 1,2 juta barel dalam jajak pendapat Reuters.
Tetapi para analis mengatakan penyesuaian pasokan minyak mentah yang luar biasa besar berkontribusi pada pembangunan yang terlalu besar.