Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada akhir kuartal II 2023 tercatat sebesar US$ 396,3 miliar atau Rp 6.063,39 triliun, turun dibandingkan dengan posisi ULN akhir kuartal I 2023 sebesar US$ 403,2 miliar.
BI mengklaim Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada kuartal II-2023 turun dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.
Sebagai catatan Utang Luar Negeri (ULN) pada Juni sebesar US$ 396,3 miliar, lebih rendah dari US$ 398,3 miliar pada Mei 2023.
Direktur Eksekutif BI Erwin Haryono mengungkapkan Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia tiap tahunnya mengalami lonjakan pertumbuhan 1,4% Year on Year (YoY), melanjutkan kontraksi pada triwulan sebelumnya sebesar 1,9% Year on Year (YoY). Kontraksi pertumbuhan ULN ini terutama bersumber dari penurunan ULN sektor swasta.
“ULN pemerintah menurun dibandingkan dengan triwulan lalu. Posisi ULN pemerintah pada akhir kuartal II 2023 tercatat sebesar US$ 192,5 miliar, turun dibandingkan dengan posisi triwulan sebelumnya sebesar US$ 194,0 miliar, atau secara tahunan tumbuh 2,8% Year on Year (YoY),” terang Erwin, Selasa (15/8/2023).
Penurunan posisi ULN pemerintah secara triwulanan disebabkan oleh pembayaran neto pinjaman luar negeri dan global bond yang jatuh tempo.
Sementara itu, penempatan investasi portofolio di pasar Surat Berharga Negara (SBN) domestik meningkat seiring dengan sentimen positif pelaku pasar global yang tetap terjaga.
“Pemerintah tetap berkomitmen mengelola ULN secara hati-hati, efisien, dan akuntabel, termasuk menjaga kredibilitas dalam memenuhi kewajiban pembayaran pokok dan bunga secara tepat waktu,” kata Erwin mewakili pemerintah.
Erwin menjelaskan sebagai salah satu komponen dalam komponen pembiayaan APBN, pemanfaatan ULN pemerintah terus diarahkan untuk mendukung upaya Pemerintah dalam pembiayaan sektor produktif dan belanja prioritas, khususnya dalam rangka menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap solid di tengah ketidakpastian perekonomian global.